Proses Menemukan Data Hadist Pendidikan Anak dalam Kitab Hadist 9 Imam dengan Mausu’ah Kutub al-Tis’ah dan Maktabah al-Syamilah



I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber ajaran Islam adalah sunnah Nabi Muhammad Saw. Sunnah nabi merupakan aktualisasi dari nabi baik ucapan, tindakan, maupun ketetapan. Ini menjadi penting karena nabi sebagai uswah al-Hasanah[1] yang merupakan internalisasi nilai-nilai al-Qur’an.  Hadist sebagai penjelasan kandungan al-Qur’an dalam segala bidang. Tak terkecuali dalam kependidikan, Nabi adalah contoh sebaik-baiknya pendidik. Beliau menjelaskan karakteristik kependidikan sesuai ajaran Qur’an. Pendidikan mulai seorang anak masih dalam kandungan sampai akhir hayat telah dicontohkan beliau dalam sunnahnya.
Dalam dunia kependidikan, orang tua menjadi peran setral untuk pendidikan seorang anak, selain didukung factor-faktor lainnya. Termasuk menjadikan seorang anak untuk menentukan akidah mereka. Hadist-hadist yang dihimpun oleh ulama’ terdahulu merupakan hasanah intelektual yang patut dihargai. Melalui himpunan tersebut para akademisi diberikan berbagai kemudahan melakukan penelurusan data-data tentang kehidupan nabi. Dengan perkembangan ulama’ muttaakhirin, penelusuran tersebut dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Hal tersebut pulalah yang memunculkan perangkat-perangkat yang lebih canggih untuk penelusuran hadist; diantaranya Mausu’ah kutub al-Tis’ah dan Maktabah al-Syamilah.
Untuk mengetahui hadist-hadist nabi mengenai pendidikan akidah anak, maka penulis merasakan pentingnya hal tersebut untuk diteliti lebih mendalam. Dikarenakan ketidakefektifan jika menelusuri hadist-hadist tersebut dengan merujuk pada kitab-kitab klasik yang tersedia, maka penulis menggunakan perangkat pencarian hadist yang lebih cepat tanpa mengurangi kualitas derajat hadist tersebut.
Berdasar pada rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan batasan dalam penelitian pencarian hadist pendidikan akidah anak dengan melalui  mausu’ah kutub al-Tis’ah dan Maktabah al-Syamilah. Rumusan masalah yang perlu dijawab antara lain;
1.                  Bagaimana Hadist Tentang Pendidikan Akidah Anak?
2.                  Bagaimana Penelusuran Hadist Pendidikan akidah anak dengan Mausu’ah Kutub al-Tis’ah dan Maktabah al-Syamilah?
3.                  Bagaimana hadist-hadist Pendidikan Akidah Anak dalam 9 Imam?

II.                PEMBAHASAN
A.    Pembahasan Hadist Pendidikan
i. Redaksi Hadist
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ (رواه أبو داود)

Artinya:
Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)

ii. Penjelasan Hadist
( كُلّ مَوْلُود ) : أَيْ مِنْ بَنِي آدَم ( يُولَد عَلَى الْفِطْرَة ) : اِخْتَلَفَ السَّلَف فِي الْمُرَاد بِالْفِطْرَةِ عَلَى أَقْوَال كَثِيرَة , وَأَشْهَر الْأَقْوَال أَنَّ الْمُرَاد بِالْفِطْرَةِ الْإِسْلَام . قَالَ اِبْن عَبْد الْبَرّ : وَهُوَ الْمَعْرُوف عِنْد عَامَّة السَّلَف ( يُهَوِّدَانِهِ ) : أَيْ يُعَلِّمَانِهِ الْيَهُودِيَّة وَيَجْعَلَانِهِ يَهُودِيًّا ( وَيُنَصِّرَانِهِ ) : أَيْ يُعَلِّمَانِهِ النَّصْرَانِيَّة وَيَجْعَلَانِهِ نَصْرَانِيًّا ( كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِل ) : أَيْ تَلِد ( جَمْعَاء ) : أَيْ سَلِيمَة الْأَعْضَاء كَامِلَتهَا ( هَلْ تُحِسّ ) : بِضَمِّ التَّاء وَكَسْر الْحَاء وَقِيلَ بِفَتْحِ التَّاء وَضَمّ الْحَاء أَيْ هَلْ تُدْرِك . قَالَ الطِّيبِيُّ : هُوَ فِي مَوْضِع الْحَال أَيْ سَلِيمَة مَقُولًا فِي حَقّهَا ذَلِكَ (مِنْ جَدْعَاء ) أَيْ مَقْطُوعَة الْأُذُن . وَالْمَعْنَى أَنَّ الْبَهِيم أَوْ مَا تُولَد تَكُون سَلِيمَة مِنْ الْجَدْع وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ الْعُيُوب حَتَّى يُحْدِث فِيهَا أَرْبَابهَا النَّقَائِص , كَذَلِكَ الطِّفْل يُولَد عَلَى الْفِطْرَة وَلَوْ تُرِكَ عَلَيْهَا لَسَلِمَ مِنْ الْآفَات إِلَّا أَنَّ وَالِدَيْهِ يُزَيِّنَانِ لَهُ الْكُفْر وَيَحْمِلَانِهِ عَلَيْهِ قَالَ الْمُنْذِرِيُّ : وَأَخْرَجَهُ الْبُخَارِيّ وَمُسْلِم بِمَعْنَاهُ مِنْ حَدِيث أَبِي سَلَمَة بْن عَبْد الرَّحْمَن عَنْ أَبِي هُرَيْرَة   [2]

Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, suci tanpa dosa. Fitrah dalam pandangan ulama’ terjadi banyak pendapat, namun dari qaul yang paling masyhur berarti Islam. Apabila anak tersebut menjadi yahudi atau nasrani,  maka secara hokum merupakan tanggung jawab atas orang tuanya sampai anak itu balligh dan tamyiz.
Selama dalam kandungan, ruh seseorang telah ditiupkan keyakinan akan kerububiahan Allah. Mengakui akan keesaan Allah. Dengan demikian, jika anak dibesarkan dan berakidah tidak sesuai dengan keTauhidan Allah maka hal tersebut tergantung dari bagaimana orang tua mendidik anaknya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu bisa tumbuh berkembang dalam pendidikan yang baik dan benar.[3]
Ketika anak tersebut oleh orang tuanya dijadikan seorang muslim maka anak tersebut harus menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Jadi orang tua berperan penuh dalam proses mendidik anaknya, apabila anak itu sampai tidak mengenal agama (mengenal Allah) maka itu merupakan kelalaian orang tua.
Yang menjadi pembahsan selanjutnya adalah, bagaimana dengan keimanan seseorang yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang keislaman tersebut. Dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa
 حَدَّثَنَا عَفَّانُ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ حَمَّادٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ وَقَدْ قَالَ حَمَّادٌ وَعَنْ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَعْقِلَ [4]
     Dalam riwayat hadist di atas jelaslah bahwa sesorang tidak dijatuhi hokum dalam tiga perkara; seseorang yang tidur sampai dia bangun, anak-anak sampai ia dewasa, dan orang yang gila sampai kembali lagi akalnya. Dan dilamnya bisa dimasukkan dalam keterangan mereka yang tidak tau, sampai dating informasi padanya. Namun di zaman yang serba mesin ini sudahlah menjadi kewajiban tiap orang untuk mencari kebenaran. Hidayah akan dating bagi mereka yang berusaha dan berkehendak.

iii. Relefansi dengan Ayat al-Qur’an
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (30)[5]
                        Artinya:
                                    Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan pada penciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[6]
            Dari penjelasan ayat di atas, bahwa manusia ini asalnya dilahirkan sebagai muslim dan mukmin kemudian merekalah yang menyeleweng kerana pengaruh lingkungan dan yang paling kuat adalah didikan orang tua. Fitrah dalam ayat tersebut diartikan dengan fitrah keIslaman. Jadi setiap anak yang lahir sesungguhnya memiliki keyakinan akan ke-Esa-an Tuhannya.
Juga ditegaskan dalam ayat
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ ((172 أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آَبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173)[7]
                        Artinya:
            Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(172). atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (173)[8]
Juga memiliki hubungan dengan ayat mengenai tanggung jawab orang tua;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Ayat di atas menegaskan akan perintah menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Yakni, perintah untuk mendekatkan diri pada Allah dan menjauhi semua larangan-larangannya.
B.     Langkah-langkah Pencarian Hadist Menggunakan Metode Digital
i.                    Mausu’ah Kutub al-Tis’ah
a. Fasilitas yang disediakan
1. Menu ‘ardl (عرض)  menyediakan; raqm al-hadist, tabwib al-mashadir, athraf al-hadist, dan faharis al-mashadir.
2. Menu Bahts (بحث) menyajikan beberapa pilihan yakni majal al-bahts, bi dilalati rawah al-hadist, al-bahs a;-syarfi, bi dilalti takhrij bi dalalah, bi dilalah maudu’ fiqhi, al-mabhats al-mutanawwi’.
3. Menu Ma’ajim (معاجم) menyajikan menu Mu’jam al-Fazh al-Hadist, Mu’jam Gharib alfazh al-Hadist, dan Mu’jam Mubhimat al-Hadist.
4. Menu ta’rifat (تعريفات)  berisi pilihan menu biografi penyusun kitab yang ada di CD hadis ini, gambaran umum kitab yang ada di hadis ini, juga sumber rujukan pengarang kitab yang ada di CD hadist tersebut.
5. Menu Tadribat (تدريبات): Latihan menjawab soal dengan system multiple choice baik mengenai materi mushtolah, sahabat, maupun fiqh.
6. Menu Mashadir (مصادير): Memuat kitab-kitab hadist yang dimuat dalam CD hadis.
7. Menu Khiyarat (حيارات)berisi menu pilihan penomoran yang dimiliki tiap-tiap hadist, juga terdapat menu print untuk mencetak.
8. Menu Musa’adah (مساعدات) Menu tambahan yang berisi sejumlah pilihan yakni bagaimana cara mengoprasikan program hadis ini, pengetahuan tentang ilmu mustolah hadist  dan beberapa muatan isi program CD hadist ini.[9]

Penelitian hadist Nabi secara garis besar dapat dilakukan melalui;
1.         Takhrij al-Hadist (Penelusuran hadist-hadist Nabi kepada sumber pokok atau kitab induk hadist nabi berdasar jalur sanad yang dimilikinya.)
2.         I’tibar al-Sanad (Penelusuran seluruh jalur sanad pada sebuah hadist atau berita dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana tingkat hadist tersebut ditinjau dari segi kualitas rawinya.)
3.         Naqd al-Sanad (Kritik sanad atau tinjauan kualitas dan persambungan antar mata rantai sanad yang dimiliki oleh suatu hadist, guna mengetahui sisi kualitas hadist tersebut ditinjau dari tujuan turunnya hadist)
4.         Naqd al-Matn (Kritik matan atau tinjauan redaksionalmauun substansial dari sebuah berita atau hadist yang telah diketahui secara pasti orisinalitas hadist tersebut dari tinjauan sanad)
5.         Natijah I (Kesimpulan akhir dari sebuah penelitian tentang hadist tertentu baik sanad maupun matannya.)
Kelima langkah tersebut hanya tiga point yang dapat diakses melalui perangkat masu’ah, diantara dua yang tidak bisa adalah naqd al-matn dan natijah.[10]
i.                    Langkah Tahrij Hadist.
Pada langkah ini, dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1.      Dengan menggunakan menu بحث, digunakan untuk penelusuran hadist dari lafaz yang dikenal. Hal ini bisa dilakukan dengan menuliskan lafaz pada tempat yang disediakan. Dari menu ini juga bisa dilacak berdasar pada riwayat hadist, dan kualitas hadist.
2.      Dengan menggunakan menu عرض  , dapat digunakan untuk melacak:
1.      Penelusuran hadist berdasar pada no hadist.
2.      Penelusuran dari bab yang umumnya memuat hadist tersebut.
3.      Penelusuran hadist berangkat dari rawi yang paling atas.
4.      Penelusuran melalui faharisnya; diantaranya berdasar pada ayat al-Qur’an, a’lam, riwayat, aqwal, dan atraf al-Hadist.
3.      Dengan menggunakan menu Ma’ajim (معاجم) baik melalui fasilitas Mu’jam al-Fazh al-Hadist, Mu’jam Gharib alfazh al-Hadist, dan Mu’jam Mubhimat al-Hadist.[11]

ii.                  Langkah I’tibar al-Sanad
Proses ini sangatlah mudah karena dilakukan dengan dua kitab maraji’ atau seluruh kitab yang tersedia. Mengenai pembuatan sanad baik tunggal maupun gabungan dari berbagai sanad dapat dilihat dalam skema ta’bir sanad.

iii.                Langkah Naqd al-Sanad
Langkah ini bisa dilakukan setelah mengetahui rangkaian sanad yang ada pada hadist  tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengetahui biografi masing-masing perowi, baik dari nama lengakap, umur, guru, murid, dan penilaian para nuqad.[12]

ii.                  Maktabah al-Syamilah
Maktabah al-Syamilah merupakan salah satu program digital untuk mencari informasi dari berbagai kitab. Dengan program ini semua bidang ilmu keagamaan bisa di cari termasuk dalam pencarian hadist. Namun Maktabah al-Syamilah lebih luas dan tidak terperinci jika dibandingkan Mausuah dalam pencarian hadist. Cara pelacakan hadist dengan cara:
1.      Digunakan untuk penelusuran hadist dari lafaz yang dikenal. dengan menu بحث, Selanjutnya memilih menu في النصوص selanjutnya akan muncul tampilan layar seperti dabawah ini:







Untuk pencarian hadist pada layar tersebut dapat dicari dengan mengetik kalimat pada kolom yang tersedia, kemudian memilih bidang keilmuan, dan selanjutnya memilih kitab yang akan dijadikan sumber.
2.      Digunakan untuk mencarian hadist dengan metode maudu’, yakni dengan memilih gambar kitab pada pojok kanan, memilih matn/syarh hadist , memilih kitab yang akan dijadikan sumber rujukan, dan terakhir memilih bab yang memuat kandungan hadist yang dicari.
Dalam menu ini, hadist mengenai pendidikan akidah anak dapat ditemukan di pilihan ilmu hadist-matn-shahih bukhari-janaiz-ma qila fi aulad al-Musyrikin- pada hadist no 1296.

b.      Kekurangan Software Mausu’ah Kutub al-Sittah dan Maktabah Syamilah
Walaupun ke-dua software dapat memudahkan untuk mencari dan meneliti hadist, akan tetapi software ini dirasa memiliki kekurangan. Data dalam software tersebut tidak disertai dengan referensi yang jelas. Oleh karena itu, penjelasan tentang kitab-kitab yang digunakan untuk menyusun software ini menjadi penting sebagai pijakan awal manakala kita melacak referensi yang digunakan untuk menyusun software ini.[13]
Selain kelemahan mengenai referensi, baik mausu’ah ataupun maktabah al-Syamilah belum dapat mendapatkan keterangan jelas mengenai naqd matn hadist, sehingga belum sampai menemukan natijah pada hadist tertentu. Namun keterangan dari Mausu’ah lebih detail dan terperinci dibanding maktabah al-Syamilah. Hal ini dikarenakan mausu’ah khusus untuk software hadist, sedang maktabah al-Syamilah memuat banyak bidang keilmuan keislaman sehingga lebih luas.
           
iii.                Hasil Penelusuran Berdasarkan 9 Imam
Kitab-kitab  induk yang telah lama terbit ada 9; 1. Shahih Bukhari karya Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari (w. 259 H), 2. Shahih Muslim Karya al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaj (w. 261 H), 3. Sunan Abi Daud karya al-Imam Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani (w.275 H), 4. Sunan al-Turmuzi karya al-Imam Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmuzi (w. 279 H), 5. Sunan al-Nasa’I karya al-Imam Abu ‘Abdirrahman bin Ahmad bin Syu’aib al-Nasa’I (w. 303 H), 6. Sunan Ibn Majah karya al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid Ibn Majah (w. 274 H), 7. Sunan al-Darimi karya al-Imam Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Darimi (w. 255 H), 8. Al-Muwatta’ Malik karya al-Imam ‘Abdullah Malik bin Anas (w. 179 H), 9. Musnad Ahmad karya al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad al-Mawarsi (w. 241 H).[14]
Jika dicari secara manual melalui kitab klasik akan ditemukan data dari kitab Mu’jam Mufahras li al-Fazh al-Hadis karya A.J Wensinck
No
Lafazd dalam Mu’jam
Lambang
Keterangan
1
halaman 311 juz 7 pada lafaz ولد
حم قدر 25
Hadis tercantum dalam  Shahih Muslim Bab قدر no urut 25
2
Halaman 180 juz 5 lafaz فطرة بلفظ كل مولود يولد على الفطرة
خ جنائز
92
د سنة
 17

ت قدر 5

ط جنائز
52

حم 2,233
3,353
Hadis tercantum dalam Shahih Bukhari kitab جنائز bab 92
Hadis ditemukan dalam Sunan Abi Daud kitab  سنة bab 17
Hadis tercantum dalam Sunan Turmuzi, kitab قدر bab 5
Hadis tercantum dalam Muwatta’ Malik, kitab جنائز no urut 52
Hadis tercantum dalam Musnad Ahmad juz 2, hlm 233 dan juz 3, hlm 353
3
Halaman 180 juz 5 lafazفطرة بلفظ ما من مولود الا يولد على الفطرة
خ جنائز 80


تفسير سرة 30
قدر 3
م قدر 22,23,24
حم 2,315 346
Hadis tercantum dalam Shahih Bukhari kitab جنائز bab 80
Kitab تفسير سرة bab 30
Kitab قدر bab 3
Tercantum dalam Shahih Muslim kitab قدر no hadis 22,23,24
Hadis tercantum dalam Musnad Ahmad juz 2, hlm.315,346. 


Redaksi hadist berdasarkan 9 Imam:
1.      Dalam Shahih Bukhari
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ[15] .
Dalam shahih Bukhari ditemukan hadist yang sejenis berjumlah 7 buah, dan 6 buah yang tidak terjadi pengulangan; diantaranya hadist nomor 1270,1271,1295 merupakan hadist riwayat Bukhari dalam kitab Janaiz, pada nomor 4402 ditemukan pada kitab tafsir al-Qur’an, dan hadist nomor 6109, dan 6110 merupakan hadist yang terdapat dalam kitab Qadr. Hadist tersebut merupakan hadist marfu’ yang disandarkan pada nabi secara langsung, namun dalam keterkaitan sanad termasuk hadist munqati’ yang hilang dalam riwayat ‘abdurrahman menuju Muhammad bin Muslim. Terdapat keterpotongan sanad diantara keduanya.




2.      Shahih Muslim
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشَرِّكَانِهِ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ لَوْ مَاتَ قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ فِي حَدِيثِ ابْنِ نُمَيْرٍ مَا مِنْ مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا وَهُوَ عَلَى الْمِلَّةِ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ إِلَّا عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ حَتَّى يُبَيِّنَ عَنْهُ لِسَانُهُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ لَيْسَ مِنْ مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا عَلَى هَذِهِ الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعَبِّرَ عَنْهُ لِسَانُهُ [16] .
                                   
Imam Muslim meriwayatkan hadist serupa dalam kitabnya berjumlah 11 hadist tanpa pengulangan. Merupakan hadist marfu’ jika dilihat dari sandaran hadist tersebut kepada nabi Muhammad. Jika dilihat dari ketersambungan sanadnya merupakan hadist muttasil, karena tidak ditemukan dalam riwayat Muslim sanad yang terpotong.
                       

3.      Sunan Abi Daud
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِين[17]
Dalam Sunan Abi Daud hanya ditemukan satu sanad yang marfu’ dan muttasil sampai pada nabi.

4.      Dalam Sunan al-Turmuzi

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رَبِيعَةَ الْبُنَانِيُّ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْمِلَّةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُشَرِّكَانِهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَنْ هَلَكَ قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ بِهِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَالْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ وَقَالَ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ وَغَيْرُهُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَفِي الْبَاب عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ سَرِيع[18] .
Dalam kitab Sunan al-Turmuzi ditemukan hadist yang serupa berjumlah 4 dengan tanpa pengulangan. Hadist tersebut disebutkan dalam kitab qadr. Dari ketersambungan sanad, hadist tersebut termmasuk hadist muttasil, karena ketersambungan sanad tidak ada yang terpotong. Juga termasuk kedalam hadist Marfu’ yang bersandar pada nabi Muhammad secara langsung.



5.      Sunan al-Nasa’I
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ قَيْسٍ هُوَ ابْنُ سَعْدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ أَوْلَادِ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ [19] .
                  Dari Sunan al-Nasa’I ditemukan hadist yang serupa berjumlah 2 hadist yang keduanya penulis temukan dalam kitab janaiz. Merupakan hadist marfu’ jika dilihat dari sandarannya pada nabi. Berdasarkan ketersambungan sanad merupakan hadist muttasil.

6.      Al-Muwatta’ Malik
وَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ الَّذِي يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِين    [20]
      Imam Malik hanya meriwayatkan hadist tunggal diatas. Merupakan hadist Marfu’ dan muttasil jika dilihat dari segi ketersambungan sanadnya.

7.      Musnad Ahmad
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ   [21]
Imam Ahmad meriwayatkan hadist serupa lebih banyak dari yang lain, dengan jumlah hadist 14 buah, dengan pengulangan 2 hadist dan hadist yang tidak terulang berjumlah 12. Berupa hadist marfu’ yang disandarkan pada nabi. Ketersambungan isnad juga tidak terdapat keterpotongan sanad dalam tiap-tiap garis periwayatan.










iv.                Hasil Takhrij Hadist Pendidikan Akidah Anak
Dari 9 Imam perowi hadist, penulis tidak menemukan hadist tersebut dari riwayat Imam Ibn Majah dan al-Darimi. Dari ketujuh rawi ditemukan banyak hadist yang kesemuanya marfu’, yang disandarkan pada nabi secara langsung. Jikadilihat dari ketersambungan sanad maka semua perawi menyatakan bahwa hadist yang serupa merupakan hadist muttasil yang tidak terputus dalam segi persanad-an, namun dari riwayat Bukhari ditemukan satu hadist munqati’.



[1] Qs. Al-Ahzab:21
[2] ‘Aun-al-Ma’bud li sunan Abi Daud,
[3] Ahmad bin ‘Ali bin Hajr Abu al-Fadl al-‘AsqqaJlani al-Syafi’i. Fath al-Bari syarh shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Ma’rifah,1379), hlm. 221
[4] Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad al-Mawarsi, Musnad Ahmad, (Beirut:Dar al-Fikr, ), hlm. 209
[5] QS. Al-Rum:30
[6] Yayasan Penyelenggara Penerjemahan al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda, 2002), hlm. 408
[7] Qs. Al-A’raf:172-173
[8] Yayasan Penyelenggara Penerjemahan al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda, 2002), hlm. 174
[9] Prof. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadist Nabi di Era Teknologi Informasi, Cet.II (Semarang:Rasail, 2010), hlm.174-175
[10] A. Hasan As’ari Ulama’I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadist dari Manual Hingga Digital, (Semarang: Rasail, 2006), hlm.78-79
[11] Prof. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadist Nabi di Era Teknologi Informasi, Cet.II (Semarang:Rasail, 2010), hlm.179
[12] A. Hasan As’ari Ulama’I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadist dari Manual Hingga Digital, (Semarang: Rasail, 2006),hlm. 79-80
[13] Dr. Ali Anwar, M.Ag, Takhrij al-Hadith dengan computer: Cara Mudah Meneliti Hadist dan Meneliti Kualitasnya. Cet II (Kediri: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 101-102
[14]M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadist, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 6-13
[15]Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab Janaiz, (Beirut: Dar al-Fikr,1994), hlm. 168
[16] Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, Tt), hlm. 126
[17] Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Kairo: Dar al-Misriyah al-Bananiyah،, 1988), hlm.323
[18] Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmuzi, Sunan Turmuzi, (Kairo: Mustofa al-Babi al-Halabi,1937 ), hlm. 24
[19] Abu ‘Abdirrahman bin Ahmad bin Syu’aib al-Nasa’I, Sunan Nasa’I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1980), hlm. 134
[20] ‘Abdullah Malik bin Anas, Muwatta' Malik , (Beirut:Dar al-Fikr, Tt ), hlm. 236
[21] Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad al-Mawarsi, Musnad Ahmad, (Beirut:Dar al-Fikr, Tt ), hlm. 353

noval

Hai dunia, dan semua yang singgah di atasnya, di sini aku mau nyeritain tentang aku dan kehidupan ku. Nama lengkap ku muhammad novailul abid yang saat november 2008 ngerayain ultah ku yang ke 17, saat tahun ajaran 2008-2009 aku sekolah di ma wali songo ya.... Saat ini aku kelas XII program bahasa. Di sekolah ku aku mengikuti banyak ekskul diantaranya pramuka, english study club, basket, jurnalis, teater, trus banyak lagi deh..... di usia sekolah pasti kalian merasa ogah-ogahan dalam mengikuti ekskul, awal nya tapi sebenernya manfaatnya besar banget. Selain menambah peangalaman, kalian juga bisa tahu apa yang belum kalian tahu. Di blog-ku ini aku juga akan ngasih informasi tentang download game java gratis, sony ericson k310i theme, aplikasi java dan semua tentang download aplikasi keren gratis. Atau kamu bisa tinggalin problem mobille kamu, mungkin aku bisa ngasih solusi.

2 Komentar

  1. tp mas... dari sini ada
    http://www.zulfanafdhilla.com/2014/12/download-ensiklopedia-hadits-mausuah-al.html

    mausu'ah kutubuttis'ah juga cuma ngga ada menu-menu-an kyk yg barusan ms jelasin diatas. Lha trus,... gmn ya caranya dptin link download yg Mausu'ah Kutubuttis'ah versi mas itu?

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama